“Berapa lama lagi?” tanyaku tak sabar
“sebentar, dua, tiga menit lagi.
Mungkin !” jawabnya
“ah.. kau lama sekali, sebentar
lagi dia keluar, aku tak ingin momen ini berlalu begitu saja, ayolah”
“sabarlah sedikit, tinggal meratakan
rambutnya, kau ingin memberikan gambar yang masih belum rampung ini!”
“baiklah, mungkin aku memang
harus sedikit bersabar”
Ya, hari itu adalah tanggal 19
desember, tepat pada hari ulang tahunnya, gadis yang saat ini menjalin hubungan
denganku. Langit tampak begitu cerah pagi itu, seakan- akan ia tau bahwa hati
ini sedang ceriah seolah-olah juga ikut merayakan ulang tahunnya bersamaku,
sengaja kuminta bantuan andi untuk melukis
wajah intan kekasihku, karena memang andi terkenal jago dalam melukis.
Aku akan mempersembahkan lukisan
itu kepada intan sebagai kado spesial dariku. Ku mulai terbang terbawa angan
yang terus berputar di otakku. Ah betapa bahagianya aku, kulihat intan mulai
terlihat dari celah gerbang disana, sepertinya dia tidak sendirian, melainkan
bersama seseorang yang tak ku kenal, siapa dia?.
Intan terlihat sedang
berbincang-bincang sebentar dengan seorang satpam penjaga, lalu ia mulai
melangkah lagi menuju tempat pertemuan yang kami tempati, ia terlihat murung,
kulihat matanya berkaca-kaca, tapi ia seperti berusaha untuk tegar.
“kau kenapa?” tanyaku langsung
ketika ia sudah di hadapanku, tapi ia diam.
“kami tidak bisa lama-lama
disini, kami hanya ingin mengantarkan surat ini padamu, lalu setelah itu kami
harus pergi, saya mohon mas faruk segera membalasnya, sebab esok atau lusa,
intan akan segera di jemput oleh orang tuanya” temannya yang menjawab.
Aku bingung, dan siapa orang
ini?, mengapa ia tahu namaku, kucoba menatap intan, namun intan malah
memberikan isyarat agar aku mengerti.
“kami permisi” tiba-tiba tanpa
sempat aku menjawab, mereka telah beberapa langkah meninggalkanku.
Ah.. lukisan, mengapa aku lupa
memberiakan lukisan ini padanya, dan rencana apalagi. yang tadinya sangat
bahagia menyambut ultahnya tiba-tiba mendadak drop disebabkan teka-teki yang
diberikan intan.
Surat itu masih menempel
ditangnku, surat yang katanya harus segera kujawab, kubawa surat itu ke kamar.
Aku ingin memperlihatkan kepada Andi. Entah sejak kapan Andi pergi, dan begitu
saja meletakkan lukisan ini disampingku. Kutanyakan keberadaan Andi kepada
tema-teman, namun tak seoarangpun dari mereka yang tau.
Aku tambah bingun. Aku butuh
teman
***
To : Mas Faruk terkasih
Assalamualaikum Mas, semoga dalam
lindungan-Nya
Esok adalah hari paling bahagia
dalam hidupku, sebab disaat ultahku kali ini aku akan merayakannya bersama
orang yang paling aku cintai, hingga dari bahagia itu akupun lalai dan
lupa kalau tak ada yang tau akan takdir
Tuhan.
Begitu yang kurasakan, ketika aku
terlarut dalam bahagia. Tuhan menyapaku dan membawa kepada takdir yang lain.
Sebuah takdir yang tak pernah kuinginkan selain takdir hidup bersamamu.
Mas, aku ingat ketika ibuku
berkata bahwa aku akan dilamar oleh saudara jauh ayahku. Aku tak tau harus apa
mas. Perasaanku campur aduk, antara terima atau menolak, jika aku menerima,
jujur hati ini selalu berontak sebab hati ini telah jatuh terhadap hati yang
lain yaitu dirimu “Achmad Faruk Al-Fahreza” tapi jika aku menolak tentu aku
menjadi anak yan paling durhaka, sebab telah mengecewakan hati kedua orang tua.
Bantu aku mas, sengaja aku kirim
surat ini hanya ingin mendapat keputusan darimu. Aku mohon jika mas mencintai
saya segeralah lamar intan sebelum mereka datang mas, tapi jika tidak, intan
tidak bisa apa-apa, intan hanya bisah pasrah.
Maafkan diri ini mas, kutunggu
jawabmu segera.
Wassaalam
Kekasihmu
Intan el-Zata
***
Degg....
Inikah buah kebahagiaanku tadi,
kekecewaan, inikah jawaban atas pertayaanku yang tertahan tadi. Inikah alasan
mengapa intan terlihat murung dan berkaca-kaca sehingga sepatahpun ia tak mau
berkata padaku. Oh.. Tuhan, apalagi ini. Sungguh besar buruk ini di luar
dugaanku. Rasanya baru kemaren aku melihat senyuman manis intan, mengapa
secepat ini senyuman itu pudar.
Bukan tidak mau bila harus
melamar intan, namun permasalahannya bukan terletak pada kecintaanku padanya,
sungguh cintaku padanya melebihi cintaku padaku sendiri, tapi rasanya terlalu
dini jika aku harus mengecap rasanya melamar lalu menikah, dan jika aku siap
sekalipun,bagaimana dengan impianku, impian yang selama ini aku bangun dengan
susah payah.
“Hey. Far, melamun aja” tiba-tiba
entah sejak kapan Andi berada di hadapanku dan mengagetkanku. Aku tak
meresponnya, aku benar-benar bingung kali ini.
“oh ya gimana pertemuan tadi?
Maaf aku tidak bisa nemenin kamu. Aku tadi dipanggil pak rektor”
Andi berbicara panjang lebar,
namun tak sedikitpun faruk memperdulikan Andi.
“Far, kamu dengar tidak” dengan
lantang Andi berteriak di telingaku, kontan orang-rang yang ada di sekitar terkejut
karna aksi Andi ini.
“Aku bingung An!” ucapku akhirnya
“kau bingung aku bahagia!” andi
mencoba mencandaiku
“aku seriaus, intan memintaku
untuk segera melamarnya”
“itu kan bagus Far, itu pertanda
intan serius padamu”
Tapi bukan begitu ceritanya An,
aku memang tidak ragu cinta intan kepadaku, tapi masalahnya , jika tidak segera
kulamar ia akan dijodohkan denagan orang lain oleh ayahnya’
‘terus bagaimana keputusanmu?”
Itulah masalahnya, kamu kan tau
sendiri aku sangat mencintai intan namun jika aku melamarnya sekarang bagaimana
dengan usahaku untuk mengejar impianku belajar di eropa, aku bingung An.
Andi tampak merenung lalu berkata
“aku ini sahabatmu Far, jujur
jika aku jadi kamu belum tentu aku sanggup menanggung permasalahan yang kamu
hadapi saat in. Tapi yang namanya hidup mesti punya tujuan Far, entah tujuan
kita itu apa, yang pasti kita tidak harus dihadapi dengan yang namanya memilih,
karna hidup itu pilihan, memilih diantara dua jalan yang akan kamu tempuh untuk
mencapai tujuan kamu itu . jawaban permasalahanmu ada pada hatimu, kuharap kau
mengerti apa yang ku maksud kawan”
“Aku mengangguk” ya aku mengerti
“satu lagi, mungkin ini akan
sedikit membantu, tadi pak rektor memberi tau bahwa kita terpilih sebagai
penerima beasiswa S2 di prancis, seperti kata impianmu tadi, kau tinggal memilih,
kalau aku sudah jelas akan berangkat namun aku belum menandatangani
administrasinya, sengaja karena aku ingin bareng sama kamu”
Belum selesai aku memikirkan
permasalahanku yang pertama, tiba-tiba aku dibuat tercengeng oleh penuturan
Andi barusan.
“benarkah ucapanmu barusan An?”
tanyaku tak percaya
“wAllahi, langit bumi menjadi
saksi” jawabnya mantap
“Allahu Akbar, Allahu Akbar,
MasyaAllah, Maha besar Allah” aku bersujud besimpuh, inilah cita-citaku,
sungguh aku tak percaya, tuhan benar-benar Maha adil,dan inilah jawabannya,
jawaban dari semua teka teki yang telah membuatku bak seperti seorang tak punya
tujuan.
“Jadi.?????” Ucap andi
“aku tau An ! aku tau, mungkin
aku tak dapat melupakannya. Tapi siapa sangka tuhan berkata lain. Segera kita
urusi administrasinya aku sudah mantap dengan pilihanku” jawabku mantap
“Alhamdulillah” ucap Andi
***
Sesuai yang telah di tentukan,
setelah aku dan Andi menyelesaikan administrasinya pemberangkatan kami, keesokan harinya kami
langsung di berangkatkan. Berdebar ketika aku Soan ke kiai, baru kali ini aku
soan pamitan kepada beliau bukan untuk behenti melainkan menjadi utusan
pesantren untuk kuliah di prancis, setelah mendengar dawuh-dawuh beliau kamipun
dipersilahkan untuk berangkat.
Kami langsung pamitan ke Asrama,
kepada teman-teman, terlebih kepada guru-guru, sebab bagaimanapun juga raihan
beasiswa ini juga berkat beliau-beliau.
“nak Faruk” tiba-tiba seorang
menyapaku, aku menoleh mencari sumber suara tadi, dan..
“bapak Sodik, umi dan Inta”
ucapku
“sudah kemas-kemas seperti mau
kemana?” tanya pak Sodik
“Alhamdulillah Pak, saya dan Andi
terpilih menjadi Mahasiswa di prancis, mohon do’anya pak” jawabku
“Alhamdulillah” ya, semoga sukses
kamu Far
“Amin, bapak sedang apa? Tanyaku
“Hmmm.. ini kami akan segera
meminta izin kepada kiai untuk membawa pulang intan dan mengabdi di rumah”
jawab pak sodik
Kulirik intan, ia merunduk, tak
tahan sebenarnya aku melihat sesorang yang paling aku cintai bersedih.
“oh.. ya nak Faruk, jika nak
Faruk sempat, datanglah ke acara resepsi walimah intan satu bulan lagi” ucap
pak sodik
“wah.. alangkah senangnya saya
pak, namun sekali lagi saya tidak bisa berjanji, tapi saya tetap berdo’a buat
intan, semoga nantinya dia dapat membina keluarganya hingga sakinah pak”
jawabku berat. Intan terlihat menatapku, ia menangis, benar-benar menangis
sambil uminya memeluknya.
“kalau begitu saya permisi pak,
umi, intan, saya pamit dan mohon do’anya! Oh... ya, ini saya ada sesuatu buat
intan tolong buka dirumah saja, dan anggap kalau itu adalah kado buat perkawinan
kalian, karna saya tidak bisa datang” aku pamit kepada mereka, dan kuberikan
kado spesial itu, kado yang tempo hari tak sempat ku berikan.
Aku melangkah pergi dengan
perasaan berkecamuk, Andi menggandengku mencoba menenangkan perasaanku, ingin
rasanya air mata ini tumpah saat itu juga, namun ku tahan, dan biarlah tuhan
yang menulis takdir diantara kita berdua, aku yakin dengan keputusan yang tuhan
buat, toh tuhan adalah segalanya. welcome dream.

Tidak ada komentar